Jumat, 28 Agustus 2009

Young People: Assets or Deficit?

Inilah pertanyaan para petinggi negara dalam upaya mereka untuk mengembangkan anak muda. Apakah dalam kemudaan kita, kita dipandang sebagai aset atau justru sesuatu yang merugikan bagi negara kita ini?

Tentu saja jawaban lazimnya adalah kita sebagai generasi muda dianggap sebagai beban. Mengapa demikian? Tidak perlu jauh-jauh hingga masalah berbangsa dan bernegara. Bagaimana orang tua kita memandang diri kita? Kebanyakan dari kita masih belum bekerja, masih belum bisa mencari penghasilan untuk pemenuhan hidup kita sendiri, tetapi kita banyak maunya. Apalagi dalam pengadaan barang seringkali kita tersangkut akan apa yang namanya gengsi. Kita seringkali membeli barang-barang luar yang tanpa disadari akan menurunkan produktivitas nasional bangsa.

Itu baru di satu sisi. Jiwa anak muda yang pemberontak bukan saja dialami oleh orang tua, tetapi dalam berbangsa pun demikian. Apakah para petinggi tidak pusing dengan banyaknya demo yang biasanya dipelopori oleh anak muda atau biasanya adalah mahasiswa? Saya tidak bilang bahwa demo itu adalah sesuatu yang buruk. Demo perlu sebagai bagian dari demokrasi negara ini. Tetapi saya ingin mengajak kita untuk berpikir di pihak yang kita protes. Apa jadinya jika kita adalah pihak yang diprotes? Bukankah itu akan semakin menghambat ruang gerak kita?

Belum lagi masalah tingginya angka pengangguran lulusan muda. Pernikahan di usia muda. Studi ke luar lalu tidak kembali. Dan sebagainya. Ada banyak hal "negatif" ketimbang "positif" yang dirasakan petinggi negara terhadap adanya kaum muda di negara ini. Apakah hal ini benar adanya?

Saya sebagai kaum muda walaupun merasa diserang dengan kata-kata ini terpaksa harus berkata "ya". Mungkin kesadaran saya sebagai anak muda akan negara ini masih sangat kecil. Mungkin saya tahu apa yang harusnya dilakukan untuk memaksimalkan peran saya dalam negara ini. Tetapi mungkin jiwa pemberontak kita masih cukup kental dalam hal ini.

Apa yang sekarang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan peran kita dalam negara ini? Kembali ke masalah service learning. Saya kembali merasakan bahwa di sinilah kita diuji secara "kecil-kecilan" bagaimana kita mau peduli terhadap bangsa ini. Di sini kita bisa membuktikan bahwa peran kita sebagai pengganggu itu adalah anggapan yang salah. Kita juga berperan dalam kemajuan negara ini melalui apa yang kita lakukan.

Informasi lebih lanjut mengenai service learning dapat Anda lihat di http://lentera.petra.ac.id dan juga di forum http://www.hima-gospel.forumotion.net

1 komentar:

  1. Setuju!!
    Semangat adalah hal utama yang membedakan anak muda dengan orang dewasa lainnya.
    Semangat yang kita miliki seharusnya kita gunakan untuk berbagai hal positif seperti melakuka nservice learning ini.
    Dengan melakukan service learning banyak hal yang bisa dipelajari terutama mengembangkan softskills kita. Service learning melatih cara berkomunikasi dalam kelompok maupun terhadap orang lain, melatih kepemimpinan dan percaya diri dan juga melatih kesabaran dan ketekunan. Service learning akan membantu anak muda untuk belajar peduli terhadap keadaan sekitar dan lebih jauhnya kepada negara ini.

    BalasHapus