
Dimensi pengerjaan proyek ini sangat luas. Dalam proyek ini bukan saja terdapat perpustakaan yang mampu menampung hingga delapan juta buku, tetapi juga terdapat ruang baca yang luasnya 70000 m² di 11 lantai yang ada. Kompleks ini juga mempunyai sebuah ruangan konferensi, ada pula perpustakaan khusus untuk para tunanetra, anak muda, dan anak-anak. Terdapat pula tiga museum, 4 galeri seni, sebuah planetarium, dan sebuah laboratorium restorasi manuskrip kuno.
Ruang baca utamanya berdiri sepanjang dari 32 meter yang menghadap ke laut dan diameternya adalah 160 meter. Dindingnya bewarna abu-abu seperti batu granit yang banyak terdapat di Aswan, yang dilukisi dengan berbagai karakter dari 120 skrips peradaban manusia di dunia.
Koleksi yang ada di perpustakaan ini merupakan hasil sumbangan dari seluruh dunia. Spanyol menyumbangkan dokumennya tentang detil masa pemerintahan Moors. Perancis juga memberikan sumbangan berupa dokumen yang mencatat pembangunan Terusan Suez. Di perpustakaan ini juga tempat mengcopy data-data yang ada di internet sebagai backup.
Mengenai manajemennya, direktur Bibliotheca Alexandrina sekarang dipegang oleh Ismail Serageldin. Dia juga merupakan pimpinan direktur dari setiap BA's affiliated research institutes and museums dan juga merupakan seorang professor di Wageningen University di Belanda.
Mimpi untuk mengembalikan Alexandria kepada fungsi awalnya sebagai pusat sains tidak lepas dari kritikan banyak pihak. Para ahli mempertanyakan apakah Mesir yang sekarang mampu untuk mensuplai perpusta

Jika Anda mempunyai informasi tambahan mengenai perpustakaan ini, atau mungkin Anda sudah pernah mengunjunginya, Anda dapat membaginya bersama kami di http://lentera.petra.ac.id dan juga di forum http://www.hima-gospel.forumotion.net.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar