Ada satu hal yang menarik saya hari ini untuk belajar lebih jauh mengenai sistem perpustakaan yang dimiliki Arizona State University (yang selanjutnya akan disingkat ASU) di Downtown Phoenix. Hari ini saya membaca sebuah tutorial yang diambil dari jurnal Information Technology and Libraries edisi September 2009. Bukan tutorialnya yang menarik perhatian saya, tetapi basa basi awalnya yang menarik bagi saya.
Dalam jurnal ini disebutkan bahwa ASU mengembangkan suatu metode pembelajaran menggunakan sebuah software berbasis screen capture. Dan satu hal yang menarik bagi saya, kegiatan ini dilakukan oleh librarians (para pustakawan). Memang dosennya yang melakukan kegiatan perekaman presentasi sambil berbicara menggunakan microphone untuk membuat media pembelajaran ini, tetapi yang ingin saya soroti kali ini adalah peran para pustakawan dalam mengelola media ini.
Jika kita bandingkan dengan kampus kita Petra, mungkin saat ini peran pustakawan dalam bidang ini masih sangat terbatas atau bahkan boleh dibilang tidak ada sama sekali. Kalau kita perhatikan, media-media pembelajaran yang dibuat oleh dosen biasanya dikelola oleh dosen secara pribadi sehingga mahasiswa yang bisa memperoleh informasi hanya mahasiswa yang berada di kelas yang diajar oleh dosen tersebut atau yang mengambil mata kuliah tersebut.
Mungkin penjelasan saya di atas terlalu berbelit, tetapi poin yang ingin saya sampaikan cukup mudah. Intinya, jika para pustakawan yang mengelola media pembelajaran ini, maka media pembelajaran ini akan dapat dilihat dan dipakai oleh semua kalangan. Misalnya saya adalah anak informatika yang ingin membuat program untuk mensimulasikan model jembatan yang kuat. Saya sebagai anak informatika tentu tidak diajarkan bagaimana teknik membuat jembatan yang kuat, demikian pula dosen pembimbing saya dari informatika. Terpaksa mungkin saya harus mencari dosen pembimbing dari jurusan teknik sipil atau berusaha mencari buku-buku yang berhubungan dengan jembatan. Tetapi tentu saja hal ini tidak efektif, karena dengan mempelajari buku, biasanya buku akan membahasnya terlalu detil atau dengan bahasa yang sulit kita mengerti, sedangkan kita baru mengerti isi buku tersebut jika sudah dijelaskan oleh dosen.
Ini adalah poin yang ingin saya sampaikan. Jika para dosen memberikan bahan materinya kepada para pustakawan, maka kita akan dengan mudah bisa mengakses apa yang diajarkan di kelas perancangan jembatan tanpa kita harus mengikuti kelas tersebut, sehingga kita pun bisa belajar sendiri. Walaupun mungkin kita masih tetap memerlukan peran dosen pembimbing.
Dan saya rasa hal ini dapat diterapkan di perpustakaan Petra untuk ke depannya, karena di zaman ini, hampir semua ilmu bertautan. Tidak mungkin informatika hanya berdiri sebagai informatika saja. Informatika ada untuk memecahkan berbagai permasalahan yang ada di berbagai bidang sehingga proses otomatisasi bisa dimaksimalkan sehingga dapat mempercepat arus informasi.
Mengenai pembahasan tentang bagaimana hal ini dilakukan di ASU, mungkin dalam posting berikutnya bisa saya jabarkan lebih detil. Saya juga tertarik untuk mempelajari lebih dalam bagaimana metode yang mereka terapkan walaupun saya sudah tahu bagaimana garis besarnya.
Pembahasan lebih lanjut dapat ditemukan pada http://lentera.petra.ac.id/ dan juga di forum http://www.hima-gospel.forumotion.net/
Senin, 24 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
SETUJU!
BalasHapusKarena informasi akan terus berkembang dan berubah.Dengan adanya pengaturan pembelajaran melalui para pustakawan kita bisa mendapatkan informasi lebih cepat dan lebih luas.
Penerapan di kampus kita tentunya akan membantu baik jurusan informatika yang ingin belajar pembelajaran dari jurusan lain, sebaliknya bagi jurusan lain yang ingin mempelajari berbagai pelajaran menarik dalam jurusan informatika.
Dengan demikian pengetahuan yang ada bisa dibagi dan diakses oleh siapa saja yang membutuhkan.